agenda / Blog / News/Events · 30 Oktober 2020

Dari Jagongan Bisnis RINS: RINS Akan Masuk ke Industri Peternakan

Setelah Pandemi aktivitas RINS memang agak terbatas. Terutama kegiatan-kegiatan yang melibatkan kehadiran banyak orang dalam suatu tempat. Namun demikian RINS tetap berusaha melakukan aktivitas. Seperti yang terjadi pada Jum’at, 30 Oktober 2020 malam. Sebuah diskusi daring digelar dengan mengambil tema Peluang Bisnis RINS Management Industri Pakan Green Concentrate.

Acara ini sebenarnya terbuka dan memang disengaja diperuntukkan untuk pemegang saham RINS. Namun karena banyaknya kendala sehingga yang hadir dalam forum daring ini hanya 13 orang. Meski menurut Direktur RINS ada 20-an orang yang awalnya berusaha bergabung, namun keluar lagi.

Acara ini menghadirkan narasumber Ir Khoirul Eko Wahyudi, praktisi bisnis agro di Garut Jawa Barat, yang kebetulan juga pemegang saham RINS.

Eko, menawarkan sebuah konsep atau model yang ia sebut sebagai model industri pakan green concentrate.Dalam presentasinya Eko menggambarkan konsepnya ini dalam sebuah flow chart dengan unsur ladang hijauan, pengolah pakan, peternakan kaki 4, pengolah pupuk organik dengan sebuah pusat koordinasi yang ia sebut sebagai bank pakan. Bank pakan ini akan memiliki posisi yang sentral dan menjadi titik koordinasi atas 4 unit atau unsur tersebut.

Modelnya ini didasarkan kepada argumentasi bahwa rantai industri peternakan akan efisien apabilan unsur utamanya yaitu ketersediaan pakan bisa dicukupi secara mandiri, dalam arti tidak bergantung kepada pihak lain seperti negara lain atau korporasi produsen pakan yang berupa perusahaan multi nasional.

Green concentrate atau pakan yang berbasiskan tanaman hijau juga menjadi dasar argumentasi mengapa harus dipilih, karena alami dan bersifat organik sehingga justru lebih efisien dibanding pakan yang diproduksi secara pabrikan.

Eko juga menempatkan jenis tanaman bernama Indigofera (Indigofera zollingeriana) sebagai unsur uatama dalam penentuan unsurnya. Kemudian ada unsur campuran lain yang dilibatkan seperti odot, jerami, dan bekatul.

Dengan mendasarkan kepada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung –yang merupakan almamater Eko– ia menyebutkan bahwa dengan menggunakan indigofera sebagai unsur pengendali komposisi, maka akan diperoleh nilai efisiensi produksi yang cukup menjanjikan. Ia menyebut bahwa budidaya indigofera memberikan penghasilan kepada petani sebesar Rp 4 juta per hektar per bulan.

Eko juga mencoba mendorong model jamaah dalam implementasi konsep nya ini. Karena menurutnya kalau dari 4 unit aktivitas di atas dikerjakan sendiri-sendiri, maka rantai produksi ekonomisnya juga sulit dicapai. Oleh karena itu Eko cukup yakin untuk mendorong RINS masuk ke bisnis industri pakan ini dalam konteks RINS sebagai hub sekaligus dinamisator rantai kegiatan. Setiap unsur bisa dilakukan oleh beberapa pemegang saham RINS, namun koordinasi antar unit kegiatan dilakukan oleh RINS.

Model ini memungkinkan bagi mereka yang ingin beternak namun tinggal di kota dan tak punya lahan untuk penyediaan pakan tetap bisa mendapatkan pakan dari bank pakan.

Menurut gambaran Eko, petani indigofera bisa langsung menjual hasil panennya ke pengolah pakan, namun proses ini harus dikoordinasikan RINS secara administratif.

Sebagai tindak lanjut dari bincang bisnis ini, salah satu komisaris RINS, Istar menawarkan tanah seluas 1 hektar sebagai awal untuk ditanami indigofera. Gunawan Setiawan, selaku direktur RINS juga langsung menindaklanjuti. kalau kegiatan ini berhasil nanti akan ditawarkan ke kalangan yang lebih luas yakni alumni Perguruan Al Islam. Semoga rencana ini bisa lancar dan barokah. Amiin…

Mulai chat kami...
Assalamu 'alaikum....ada yang bisa kami bantu?